Kopi Jawa Pernah Berjaya Namun Lantas Hilang Disantap Hama

Coday- Kini Indonesia sedang gandrung tradisi minum kopi buktinya kini menjamur di  kafe-kafe di berbagai kota. Bahkan, budaya minum kopi sudah ada sejak era kolonialisasi Belanda. Di Indonesia kultur menikmati secangkir kopi juga ditunjang kemampuan memproduksi varian biji kopi dari berbagai daerah di Indonesia mulai dari Aceh, Lampung, Bali, Flores hingga Papua.

Ini tentu berbeda kopi dari luar negeri seperti Italia yang tak punya perkebunan sendiri,  meski masyarakatnya juga punya tradisi minum kopi yang kental. Biji-biji kopi yang berasal dari tanah sendiri pun kini kian mendapatkan tempat di hati anak muda.     

Dalam hal produksi kopi, Indonesia berada pada urutan keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam,  dan Kolombia.  Setiap tahunnya 400 ribu ton kopi Indonesia diekspor ke berbagai negara menjadikan biji kopi salah satu komoditas andalan.

Bila dilihat dari sejarah, di abad 16 Indonesia dikenal sebagai surga kopi. Bahkan di era Kopi Jawa menjadi salah satu yang paling dicari di dunia dikenal dengan nama Java. Di akhir abad ke 16 sebenarnya pasokan kopi berasal dari Arab Saudi dan Ethiopia yakni dua negara yang mengenalkan kopi pada dunia.  Lantas tanaman kopi mulai disebar di berbagai negara termasuk  ke Indonesia melalui penjajahan Belanda.

Baca Juga  Kopi Mahal dari Tanah Rencong

Dalam buku “A Cup of Java”, Mark Hanusz  mengisahkan bahwa mendunianya nama kopi Jawa terekam dalam perhelatan World’s Columbian Exhibition di Chicago, Amerika Serikat. Acara tersebut diselenggarakan pada 1893 di bulan Mei sampai Agustus untuk memeringati 400 tahun penemuan Benua Amerika oleh Chistoper Colombus. Para pengunjung menyebut A Cup of Java atau secangkir Java, sejak itulah kopi Jawa begitu digemari oleh semua orang di dunia.

Para petani kopi jawa kala masa penjajahan VOC (Sumber: mediakita.co)

Sampai pertengahan abad ke-19, kopi Jawa jenis Arabika menjadi kopi terbaik di dunia. Pada 1830-1834, produksinya hingga mencapai 26.600 ton dan meningkat menjadi 79.600 ton dalam kurun waktu 30 tahun. Bahkan, pada 1880-1884 mencapai 94.400 ton.

Namun masa kejayaan kopi Jawa ini hanya bertahan 175 tahun. Hama Hemileia vastatrix (blast diseases) atau Karat Daun menyerang komoditas kopi tersebut pada 1876 sehingga hanya mampu bertahan hidup di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga  Titik Temu Barista, Daun Kopi, dan Gelas

Semakin merosotnya produksi kopi membuat Belanda mendatangkan jenis kopi Liberika ke Indonesia pada 1875. Namun, hama Karat Daun tetap menjadi masalah utama. Pada 1900, kopi Robusta pun didatangkan. Kopi robusta sendiri lebih mudah untuk dirawat sehingga dapat diproduksi lebih banyak.

Akhirnya kopi Jawa yang semula mendunia, perlahan meredup dan mulai tergantikan dengan kopi-kopi lain. Kultur perkebunan kopi yang dibawa Belanda sendiri membuat kopi tersebar ke seluruh Indonesia. Ini memunculkan entitas sesuai dengan daerah tempat kopi yang ditanam seperti Kopi Gayo dan Kopi Sidikalang.

Gimana nih udah tahu sejarahkan sekarang.

Leave a Comment

Your email address will not be published.